Oleh: Pannindya Surya Rahma Sari Puspita
(Mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab UIN SMH Banten)
Tak terasa kini waktu bergulir cepat, tinggal menghitung beberapa minggu saja, umat Islam kembali bersuka cita dengan datangnya bulan Ramadhan, bulan yang penuh ampunan juga bulan ketakwaan. Namun sayangnya, sistem yang ada saat ini, tidak membentengi penuh aktivitas yang seharusnya tidak dilakukan pada bulan Ramadhan, tidak saja bagi sektor perdagangan, tetapi juga hiburan, termasuk siaran televisi.
Untuk itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menegaskan, selama bulan Ramadan 2021 siaran televisi diperketat. Lembaga penyiaran diminta untuk tidak menampilkan muatan yang mengandung lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), hedonistik, mistik/horor/supranatural, praktik hipnotis atau sejenisnya. KPI juga mengimbau untuk tidak menampilkan muatan yang mengeksploitasi konflik dan/atau privasi seseorang, bincang-bincang seks, serta muatan yang bertentangan dengan norma kesopanan dan kesusilaan.
Hal itu termuat dalam salah satu panduan lembaga penyiaran dalam bersiaran pada saat Ramadhan 2021. Panduan itu termaktub dalam Surat Edaran Nomor 2 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Siaran Pada Bulan Ramadan. Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, mengatakan, maksud dan tujuan dari edaran ini adalah untuk menghormati nilai-nilai agama berkaitan dengan pelaksanaan ibadah di bulan Ramadan.
ANALISIS
Sama hal nya dengan Ramdhan tahun-tahun sebelumnya, ada saja berbagai aspek yang justru mencerminkan sikap tidak toleransi terhadap umat muslim, seperti tahun lalu masih banyak beberapa rumah makan yang tetap buka pada jam makan siang, padahal situasi nya saat itu sedang bulan Ramadhan, yang mana sudah menjadi rahasia umum, bila bulan Ramadhan datang berarti kewajiban berpuasa untuk umat muslim pun tiba. Bila memang negara ini menjunjung tinggi nilai toleransi, maka seharusnya efek sikap toleransi itu terasa pada diri umat muslim. Karena pada kenyataan nya, sistem yang ada pun tidak menjaga ketat kekhusuan ibadah pada bulan Ramadhan yang dilakukan oleh umat muslim.
Bagaimana umat muslim dapat mengimplementasikan nilai-nilai islam pada setiap ibadah di bulan Ramadhan, jika sistem dan negara tidak mendukung, jika justru sistem dan negara malah memberi peluang hadirnya godaan serta kemaksiatan yang dapat menghambat aktivitas ibadah umat muslim pada bulan Ramadhan?
Inilah dampak dari penerapan sistem Kapitalis-Sekuler, semua hal dibiarkan bebas mengikuti hawa nafsu manusia itu sendiri, tanpa adanya pembatas tanpa ada nya pengaturan agama yang andil dalam lini kehidupan manusia. Ramadhan yang seharusnya dijadikan momentum perbaikan iman dan taqwa justru dijadikan ladang bisnis yang besar oleh para kapitalis, banyak tayangan film yang tetap ditayangkan meski harus bertentangan.
Ramadhan kita telah dicuri dan dirubah oleh kaum kapitalis sebagai mesin pencetak duit yang efektif untuk menghasilkan duit dalam jumlah yang tak terbayangkan, Di tangan kaum kapitalis, Ramadhan dijauhkan ruhnya dari umat. Kecuali hanya sekedar rutinitas yang bikin capek saja.
SOLUSI
Menilik berbagai persoalan yang terus berulang kali terjadi pada setiap Ramadhan, maka perlu adanya perubahan sistem, umat butuh sistem yang menunjang keimanan serta ketakwaan, sistem yang menjadikan Ramadhan bulan berlomba-lomba dalam hal kebaikan, serta bulan yang dapat membentuk diri menjadi insan yang lebih sholih. Kapitalisme tentu bukan jawaban nya, sebab Ramadhan dibawah Kapitalisme kemaksiatan masih dapat terindera, kemaksiatan bahkan begitu nyata didepan mata.
Oleh karena itu, satu-satu nya sistem yang layak membawa perubahan dalam meningkatkan ketakwaan hanyalah Islam solusi nya, hanya dnegan penerapan Islam secara kaffah dalam segala lini kehidupan, maka Ramadhan akan menjadi bulan yang penuh rahmat dengan berbagai kenikmatan ibadah didalamnya tanpa perlu khawatir adanya godaan hawa nafsu dalam tontonan dan lain sebagainya.
Wallahu a’lam bis shawab.