HARITA.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon ungkapkan sepanjang tahun 2023 kasus DBD mengalami penurunan.
Kepala Bidang Febrinaldo kasus DBD di Kota Cilegon dilaporkan semakin menurun. Sebelumnya, kata dia, jumlah DBD mencapai 500 lebih kasus pada tahun 2022.
“Saat ini kasus DBD di Cilegon alhamdulillah sudah semakin menurun, bahkan sisa setengah dari tahun sebelumnya yang mencapai 500 lebih. Laporan tersebut dari periode Januari hingga November 2023 jumlahnya yaitu 225,” Kata Febrinaldo, Sabtu 30 Desember 2023.
Febrinaldo mengatakan berbagai upaya yang telah dilakukan Dinkes Kota Cilegon dalam menangani kasus DBD memberikan kabar baik. Namun menurutnya, pihaknya tidak akan puas sampai disitu saja untuk terus tekan angka kasus DBD menurun di tahun berikutnya.
“Kami jelas berharap dan targetkan tahun 2024 kasus DBD di Kota Cilegon ini terus menurun, sekarang sudah setengah bisa kami atasi. InshaAllah kedepan bisa satu digit, namun semua itu juga perlu kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk lakukan pencegahan timbulnya sarang nyamuk dan perlu lakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Pemegang Program HIV dan DBD, Sugiono menuturkan penurunan kasus DBD selain disebabkan pola PHBS yang sudah diterapkan oleh masyarakat sekitar, termasuk pengaruh dari pergantian musim.
“Jumlah nyamuk kalau di musim kemarau itu lebih sedikit karena kan genangan airnya jarang sekali. Tapi ketika masuk musim hujan, telur nyamuk yang sudah ada di masa kemarau itu berkembang biak dengan cepat, sehingga muncul nyamuk banyak sekali. Nyamuk kan berkembangnya kisaran satu minggu lebih saja, cepat,” tuturnya.
Sugiono juga menjelaskan tidak semua nyamuk dengan indikasi belang pada tubuhnya merupakan nyamuk yang bisa menularkan DBD. Melainkan tergantung bagaimana nyamuk tersebut miliki virus dengue atau tidak.
“DBD itu kan dari nyamuk aides aigepty, berciri belang. Nah nyamuk aides ini yang memiliki virus dengue atau penyebab DBD biasanya dapat dari orang yang sudah terkena DBD, sehingga ketika nyamuk bervirus itu menggigit orang lain, itu bisa menyebabkan orang yang awalnya tidak DBD menjadi terkena DBD. Jadi, justru DBD biasanya juga dari nyamuk itu sendiri yang sudah terinfeksi. Jika nyamuk aides itu tidak terinfeksi virus, maka orang yang digigit itu aman dari DBD,”ucapnya.
Selain itu, ia mengatakan Dinkes sudah melakukan himbauan untuk masyarakat sekitar dengan membuat program dimana setiap rumah perlu melaporkan PHBS sebagai upaya pencegahan pertumbuhan nyamuk.
“Kami sudah memberikan himbauan untuk warga, jadi dalam satu rumah ada kepala keluarga yang perlu melaporkan adakah pertumbuhan jentik nyamuk atau tidak, nanti ada penecekan oleh para kader setempat. Hingga saat ini kasus DBD memang masih banyak di Kecamatan Purwakarta dari periode Januari hingga November 2023 dengan total 41 kasus.” ungkapnya. (Zar/Red)







