LEBAK – Salah seorang warga Rangkasbitung, H. Dade, merasa ada kejanggalan akan pernyataan yang disampaikan oleh dua orang perawat RS Misi Rangkasbitung saat dia beserta keluarganya dilarang melihat jenazah almarhumah ibu kandungnya sendiri Hj. Nanih Yunaningsih (67) setelah dinyatakan oleh rumah sakit meninggal akibat terpapar Covid-19.
“Ibu kami dinyatakan meninggal akibat terjangkit Korona. Akan tetapi ketika kami hendak melihat jenazahnya, dua orang perawat mengijinkan untuk melihat jenazah Ibu di ruang ICU cukup hanya mengenakan masker tanpa diberi APD lengkap, karena menurut mereka cukup menggunakan masker saja. Jawaban itu membuat saya kaget dan terheran-heran masa kita hanya disarankan cukup pakai masker aja. Namun karena ada rasa takut tertular saya dan keluarga hanya meminta dibukakan pintu ruang ICU saja supaya bisa melihat secara langsung jenazah Ibu. Yang nenyisakan tanda tanya bagi saya, mereka menawarkan dua opsi kepada kami. Jenazah apakah mau dibawa oleh keluarga atau diurus hingga pemakaman oleh pihak rumah sakit. Saya heran, sebenarnya Ibu kami meninggal karena terserang virus Corona atau bukan? Jika benar terserang virus Corona kok selonggar itu bisa dibawa keluarga,” kata H. Dade kepada awak media dikediamannya di Jalan Siliwangi, Pasir Ona, Rangkabitung, Senin (8/2/2021).
Sajauh ini, kata H.Dade, almarhumah ibunya (Hj.Nanih-red) hanya menderita penyakit gula (diabetes) sejak 2008, namun dalam satu tahun terakhir berangsur membaik setelah aktif mengonsumsi ramuan herbal ektrak kunyit, pare, dan sedikit garam.
Sementara itu, suami pasien, H Dudi Rodidi mengaku, pada hari Senin (1/2) pagi waktu itu, almarhumah dibawa dari rumahnya Kampung Dua, Desa Teluklada, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang menuju RS Misi yang berjarak kurang-lebih 75 kilometer.
“Istri saya pagi itu mencret-mencret dan mengaku pusing. Gejala mencret itu dugaan saya karena habis makan petai atau masuk angin karena kecapean,” papar H. Dudi saat mendampingi sang istri berobat bersama sopir pribadinya.
Dudi menambahkan, kondisi dirinya sampai malam ini segar bugar padahal selama perjalanan satu mobil dengan istri dan sopir keluarga menuju Rumah Sakit Misi.
“Kalau istri tertular corona tentunya ada yang tertular juga di antara kami,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan pada Dinkes Lebak dr Dani Ramdani, menjelaskan sesuai protokol kesehatan setiap pasien yang dirujuk ke rumah sakit akan menjalani tes rapid dan PCR.
“Jadi ketika pasien di tes PCR bisa saja hasilnya positif atau negatif dan ketika dinyatakan reaktif pasien akan ditempatkan di ruangan isolasi, hingga menunggu hasil selanjutnya dan menjalani perawatan,”jelas dr Dani.
Terkait pelayanan kesehatan di rumah sakit misi memperbolehkan keluarga pasien boleh melihat jenasah positif corona tanpa menggunakan Alat Pelengkap Diri (APD) lengkap cukup memakai masker pihaknya akan memanggil manajemen RS misi, untuk diminta penjelasannya.
“Yang jelas kalau sesuai aturan yach jenasah yang positif Covid-19 enggak bisa dilihat, tapi langsung dimakamkan sesuai prosedur protokol kesehatan oleh tim Gugus Tugas Covid-19 Kecamatan, tanpa harus ada penawaran diurus pihak rumah sakit apalagi oleh keluarga pasien,”ujarnya.
Saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp pihak Humas RS Misi Suradji tak dapat ditemui lantaran sedang presentasi.
“Kalau konfirmasi soal pasien ikuti alur saja, saya sedang presentasi,”ucapnya.
(Dm)







